Oleh
Edhi Sandra
1. Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian KonservasiTumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor
2. Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLHLPPM IPB Bogor
3. OwnerEsha Flora Plant and Tissue Culture
Pendahuluan
Kultur jaringan skala rumah tangga adalah kultur jaringan tanaman yang di laksanakan dengan kondisi danketerbatasan yang terdapat dalam skala rumah tangga.
Tujuan dari kultur jaringan tanaman skalarumah tangga adalah tetap dapat dilaksanakannya teknologi kultur jaringandengan kondisi berbagai keterbatasan yang ada dan dapat dilaksanakan walaudalam kondisi skala rumah tangga.
Dalam hal ini terjadi prosesmodifikasi dan kreativitas yang dilakukan untuk tetap dapat melakukan kulturjaringan, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip kultur jaringan. Setiaptahapan disarikan prinsip dasarnya dan diubah kondisinya dari kondisilaboratorium yang serba mewah dengan alat-alat serba impor ke skala rumahtangga.
Sayangnya banyak orang yangmempersepsikannya salah, mereka berfikir bahwa kultur jaringan dapat dilakukandalam skala rumah tangga apa adanya, mereka melakukannya tanpa melakukanmodifikasi prinsip dasar dari kultur jaringan (yang mungkin sebagian tidak tahumengenai hal itu), sehingga proses kultur jaringan benar-benar dilakukanseadanya. Oleh sebab itulah dapat diprediksi hasilnya hampir 100% gagal
Tingkat kegagalan yang tinggiselain disebabkan kurang difahaminya prinsip dasar kultur jaringan jugadisebabkan kultur jaringan memiliki titik kritis, yaitu tahapan kultur jaringanyang paling banyak dan paling tinggi mengalami kegagalan. Titik kritis tersebut adalah inisiasi,yaitu memasukkan bahan eksplan yang dari lapang dalam kondisi tidak sterildimasukkan kedalam botol kultur jaringan tanaman dalam kondisi steril. Dalammelakukan tahapan ini seperti berjudi, untung-untungan, tapi seringkali gagal.
Sangat sulitnya inisiasi membuatbanyak mahasiswa yang penelitian kultur jaringan menangis karena gagal, dansebagian yang lain takut dan tidak mau melakukan inisiasi. Bila kita menanganiinisiasi dengan metode seperti biasa maka keberhasilannya pada umumnya sekitar0 % – 10 %. Kecuali untuk bahan tanaman yang berasal darinursery atau hasil kultur jaringan juga, maka tidak akan seperti itu, tapitetap saja sulit.
Selain masalah kontaminasi dalamproses inisiasi juga disebabkan kontaminasi pada saat perbanyakan / subkultur.Bahkan seringkali terjadi, pada saat diinisiasi sudah berhasil steril akantetapi pada saat disubkultur kontaminasi kembali, padahal dari segi pengerjaansudah benar dan baik. Apalagi kalaukondisi laboratoriumnya seadanya / skala rumah tangga.
Dalam pengalaman kami, EshaFlora Plant and Tissue Culture melaksanakan kultur jaringan skalarumah tangga sejak tahun 1996, semakin lama kami semakin memahami bagaimanamengantisipasi kondisi skala rumah tangga dalam melaksanakan setiap tahapankultur jaringan.
Pengalaman-pengalaman praktistersebutlah yang kami ajarkan pada peserta pelatihan dan masyarakat luasmelalui tulisan-tulisan saya seperti ini. Tapi sayangnya, mungkin karenakelemahan saya dalam menuliskan pengalaman tersebut, banyak orang masihmeremehkan dan menyepelekan dan menganggap mudah, walaupun sebenarnya kalausudah memahaminya menjadi mudah jadinya, tapi salah kaprah dalam berfikirberakibat fatal dalam pelaksanaan kultur jaringan yang berdampak padakegagalan.
Dalam tulisan ini saya berusahauntuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan sertamodifikasi dan kreasi yang kami lakukan dalam pelaksanaan kultur jaringan skalarumah-tangga.
Tujuan
- Kultur jaringan dapat dilakukan oleh banyak orang di Indonesia
- Kultur jaringan dapat dilaksanakan dalam kondisi skala rumah tangga
- Berbagai tujuan pelaksanaan metode dalam kultur jaringan dapat dilakukan dalam kondisi skala rumah tangga
Prinsip Steril Dalam Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah teknologi budidaya yang menggunakan bagian dari suatutanaman (eksplan) dan ditumbuhkan didalamsuatu wadah steril dengan media kultur yang lengkap dan kondisi lingkungan yangsesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman.
Kondisi steril didalam teknologi budidaya kultur jaringan diperlukan karenamedia kultur jaringan yang digunakan adalah media tumbuh yang sangat lengkapdan subur. Media yang sangat subur dan lengkap dapat membuat bagian tanamantumbuh dengan baik. Dan hal itu dimungkinkan bila kondisinya steril, karenakalau tidak maka yang akan tumbuh terlebih dahulu adalah mikrobanya. Mikroba,baik bakteri maupun jamur akan tumbuh memenuhi media dan akan menggangguketersediaan media bagi eksplan.
Prinsip : ”Kultur jaringan harus steril karena media kulturyang sangat subur sehingga bila tidak steril maka kontaminasi akan memenuhibotol kultur dan eksplan tidak dapat tumbuh.”
Konsekuensi : untuk membuat kultur tanaman yang tidakterkontaminasi maka semua proses harus dilakukan dalam kondisi steril, semuaalat dan bahan harus dalam kondisi steril, pengkultur dan lingkungan juga harussteril termasuk dalam hal ini juga bahan tanaman yang mau kita kulturkan.
Realisasi :
1.Pada kondisi Laboratorium Kultur JaringanStandar Internasional.
Semua proses dilakukan dalam kondisi yang steril. Kondisi steril dilakukan untuk semua ruangan di dalam laboratoriumkultur jaringan, demikian pula dengan semua alat dan bahan disterilkan,termasuk bahan tanaman yang mau dikulturkan serta orang yang melakukan kulturjaringan. Pada kondisi yang serba sterilini maka tutup botol kultur tidak terlalu rapat tidak menjadi masalah dan tidakmenyebabkan kontaminasi karena kondisi laboratorium memang sudah steril.
Untuk membuat laboratorium yang ”steril dan selalu steril” adalahtidak mudah dan tidak murah, karena berkaitan dengan mensterilkan suatu ruanganbesar yang berisi berbagai alat dan bahan serta terjadi keluar masuknya orangyang melakukan kultur jaringan. Dengan menggunakan alat yang berupa penyedotudara steril dengan menggunakan HEPA atau menggunakan AC yang sekaligusberperan sebagai pensteril udara di dalam laboratorium maka udara di dalamlaboratorium setiap harinya dibersihkan dari mikroba Di luar laboratorium tidak steril dan didalam laboratorium harus steril, berarti setiap keluar masuknya orang ke dalamlaboratorium harus disterilkan dengan benar.
Disamping itu mereka menggunakan produk-produk dengn kualitas lebih baik,misalnya dalam menggunakan bahan desinfektan atau antibiotik mereka menggunakanbahan-bahan yang bersifat ”pro analis” yaitu produk yang lebih murnisehingga fungsinya dapat lebih efektif.
Demikian pula alat yang digunakan memang memadai untuk melakukan kulturjaringan. Sebagai contoh untuk botol kultur mereka menggunakan botol kulturyang benar-benar di pergunakan untuk kultur jaringan dengan tutup botol yangkuat dan rapat serta kedap. Adanya oven besar tempat menyimpan botol kulturyang sudah disterilisasi dengan menggunakan autoclave akan menjaga kesterilanbotol kultur sebelum digunakan. Autoclaveyang sesuai dengan standar dengan automatis mensterilkan alat maupun mediadengan waktu 30 – 60 menit dengantekanan 1,75 psi dan suhu 121 oC, sehingga kesterilannya dapat dijamin.
Untuk mensterilkan laboratorium kultur jaringan, para pekerja kultur jaringan biasanya melakukanpenggunaan baju laboratorium agar debu-debu yang menempel pada baju pekerjadapat terperangkap di dalam baju laboratorium dan tidak mencemari lingkungan didalam laboratorium, demikian pula dengan tangan dan kaki dicuci bersih danmulut dan rambut di tutup dengan penutup agar tidak menyebarkan kontaminasi.Dan untuk mengisolasi ruangan laboratorium dengan lingkungan luar maka di buat ”ruangantara/ peralihan” , yang menghubungkan lingkungan luar dengan laboratorium.Di ruang antara inilah debu-debu yang menempel pada orang yang mau masuklaboratorium disedot dengan menggunakan exhouse., bahkan ada yangdisemprot dengan kabut desinfektan (orangnya telah di beri tutup hidung dantutup kepala).
Kedisiplinan dan SOP (Prosedur OperasionalStandar) yang baik dapatdilaksanakan dengan konsisten sehingga semua berjalan dengan standar yang telahditentukan, hal ini akan banyak mengurangi human error dan akan mudahdievaluasi bila ada permasalahan. kontrol kualitas serta jaminan mutu dilaksanakan dengan baik.
2. PadaKondisi Laboratorium Kultur Jaringan di Indonesia Secara Umum
Kondisi laboratorium kultur jaringan di Indonesia secara umum, yang diperguruan tinggi maupun di litbang, banyak yang serba nanggung. Secara fisik laboratorium sudah cukup baikdengan kondisi fisik yang memadai, mulai dari fasilitas bangunan, peralatandan bahan serta fasilitas kerja. Walaupun banyak juga yang jauh dari standarfisik yang dipersyaratkan.
Seringkali terjadi, pengelolalaboratorium kultur jaringan tidak mampu mempertahankan standar dan kondisisteril laboratorium kultur jaringan. Pada awal pembuatan laboratorium kulturjaringan kondisi sterilitas dalam laboratorium cukup baik, tapi setelah setahunlebih, bukannya lebih baik, tapi akumulasi debu yang masuk ke dalam laboratoriumsemakin banyak dengan adanya keluar masuknya petugas laboratorium tidaktertangani dengan baik.
Oleh sebab itulah tingkat kontaminasi meningkat karena pengelolaanlaboratorium yang kurang baik dan tutup botol yang kurang kuat, apalagi kalauAC di dalam laboratorium mati makakontaminasi akan meningkat secara drastis. Hal ini disebabkan tidak sterilnyalaboratorium kultur jaringan dan tidak kuatnya tutup botol sehingga udara masukke dalam botol membawa debu / mikroba, kontaminasi tidak akan terjadi bilaruang laboratorium steril atau tutup botol kulturnya kuat sehingga tidak adaudara yang dapat masuk ke dalam botol kultur,
Menjaga laboratorium selalu dalam kondisi steril adalah sesuatu yang masihsulit diwujudkan di Indonesia, hal ini disebabkan tidak disiplinnya tenagakerja di laboratorium dan lemahnya manajemen laboratorium kultur jaringan dalam menjaga agarlaboratorium kultur jaringan tetap steril
Untuk menengakkan disiplin dan menegakkan aturan laboratorium agar tetapsteril membutuhkan pelaksanaan teknis yang cukup ketat. Dan sebagian praktisimenyepelekan dan beranggapan, ”ahkalau tidak dilakukan juga tidak apa-apa, tidak pengaruh koq, tetap bersih”. Padahal bersih dan steril adalah sesuatu yangsangat beda. Bersih lebih pada yang terlihat oleh mata, sedangkan steril adalahkeberadaan mikroba secara real di dalam laboratorium yang tidak akan terlihatoleh mata telanjang.
Untuk menjaga agar laboratorium kultur jaringanselalu berada pada kondisi yang steril ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Penyedotan debu/mikroba denganvacum cleaner baik lantai maupun rak, dibawah rak, dinding, semuanya.. Seringkalilaboran yang malas, hanya akan mengerjakan yang terlihat oleh mata, sedangkanyang tidak terlihat dan tidak terjangkau tidak dikerjakan, misalnya di bawahrak, bawah meja, diatas rak, dinding atau atap laboratorium bagian belakang danatas laminar dll.
2. Mengepel / melap semua bagiandalam laboratorium dengan menggunakan bahan desinfektan yang bagus. Bila susah dilap maka dapat dilakukanpenyemprotan seperti di antara botol-botol kultur, di sela-sela rak, di pojokandan bawah rak dll.
3. Mengurangi debu yang masuk kedalam lab dengan menggunakan baju lab, penutup kepala dan penutup hidung sertamencuci tangan dan kaki.
4. Mengurangi mikroba yang terdapatdi dalam laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakanlampu UV di dalam ruang laboratorium, menggunakan AC plasma cluster,menggunakan ionizer, menggunakan ozonizer, menggunakan penyedot udarasteril. Semakin canggih dan efektifefisien alat yang digunakan untuk membunuh dan mengeliminir mikroba makahasilnya akan lebih baik.
Jadi prinsipnya laboratorium kultur jaringan yang steril akan dapatmengurangi kontaminasi kultur jaringan bila memang bila kultur tanaman tersebutsteril sejak inisiasi (penanaman awal). Tapi bila sejak awal memang kulturtersebut kontaminasi misalnya kontaminasi secara sistemik, maka kondisilaboratorium kultur jaringan yang steril tidak akan berpengaruh, tidak akandapat mengurangi atau menurunkan kontaminasi.
3. Pada Kondisi Laboratorium Kultur JaringanSkala Rumah Tangga
Laboratorium kultur jaringan skala rumah tangga adalah laboratorium kulturjaringan yang pada umumnya dilakukan oleh perorangan dan swasta dengan kondisiyang serba terbatas dan pada umumnya pelaksanaan dilakukan di rumah ataubangunan yang ada di ”sulap” menjadi laboratorium kultur jaringan.
Keterbatasan yang ada bukan berarti mengabaikan prinsip-prinsip kulturjaringan tanaman. Prinsip tersebut harus tetap di perhatikan hanya mungkindapat diperkecil ruang lingkupnya, atau mungkin dapat dimodifikasi dansebagainya.
3.1. Prinsip Steril.
Dalam kultur jaringan wajib steril (pada kasusmikroba indofet tidak harus steril). Pada laboratorium kultur jaringan standar internasional, maka semuakegiatan kultur jaringan berada dalam ruangan steril, semua alat dan bahandalam kondisi steril demikian pula dengan pengkultur juga harus dalam kondisisteril. Hal ini adalah tidak mungkindilakukan dalam kultur jaringan skal rumah tangga, karena terlalu mahalbiayanya. Untuk itu maka kita melakukan pneyusutan runag lingkup yang wajibsteril. Dalam kultur jaringan skala rumah tangga, maka yang wajib sterilhanyalah: 1. Di dalam autoclave, 2. Di dalam botol kultur, 3. Di dalam LaminarAir Flow Cabinet atau Enkas kaca. Dan selain itu boleh tidak steril, tapi masalah akan timbul adalahkesemuanya (ketiga hal yang wajib steril tersebut) bersentuhan denganlingkungan yang tidak steril, dan ini sangat sulit untuk tetap mejaga agar ketiga bagian tersebut tetap steril.
3.1.1. Autoclave
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan peralatan dan bahan kulturjarimgan. Hal yang perlu diingat adalah pada kondisi skala rumah tangga,maka kondisi lingkungan adalah tidak steril. Oleh sebab itulah maka setelah selesai prosessterilisasi dengan menggunakan autoclave, maka pada saat membuka autoclaveberarti udara yang tidak steril akan masuk dan mengkontaminasi alat danbahan. Bila alat-alat tidak di lapisidengan lapisan koran/ kertas saring yang rapat dan benar maka berpeluangmasuknya udara yang mengandung mikroba mengkontaminasi alat-alat. Demikian pula dengan media kultur jaringantanaman yang di autoclave bila tidak langsung di kuatkan penutupnya atau karetpenutupnya, maka akan menyebabkan masuknya udara yang membawa kontaminan kedalam botol kultur steril dan akan mengkontaminasi media dan akan menyebabkankontaminasi.
Autoclave adalah sistem sterilisasi basah, jadi tekanan uap air dan suhuyang tinggi akan mensterilkan media kultur dan alat-alat. Banyak laboran dan teknisi lupa, bahwa airyang ada di dalam autoclave, serta autoclave bagian dalam harusnya berada dalamkondisi yang bersih dan steril. Jadisebaiknya setiap kali pakai maka autoclave dan air di dalamnya dibersihkan dandiganti dengan air bersih/ steril sebagai tindakan kehati-hatian.
Acuan bahwa untuk mensterilkan di butuhkan 1,75psi, dan suhu 121 oC selama 1 jam untuk alat dan 30 menit untuk media kultur ternyata harusmendapatkan perhatian benar. Untukautoclave yang tidak automatis, maka seringkali autoclave ”Ngejos” (Katup pengaman Autoclave terbuka sehinggamengeluarkan sebagian tekanangas dari dalam autoclave dengan mengeluarkan bunyiyang cukup keras), dan setiap kali ngejos akan menyebabkan tekanan dan suhumenurun memakan waktu sampai sekitar 15menit untuk sampai pada kondisi 1,75 psi dan suhu 121oC, menurunnya tekanan dansuhu sekitar 15 menit setiap ”ngejos” akan membuat proses sterilisasi autoclavemenjadi tidak efektif.
Dan sebaliknya untuk media kultur jaringan organik, seringkali sterilisasiautoclave 20-30 menit masih kurang, terlihat dari seringkalinya kontaminasiuntuk media kultur jaringan organik. Sebaiknya untuk media organik lamanya waktu autoclave adalah 40menit. Tapi hal ini juga harus hati-hatikarena pada autoclave yang besar atau autoclave listrik seringkali naiknyasuhu dan tekanan autoclave sampai pada tekanan dan suhu yang diharuskan membutuhkanwaktu yang lama,bisa mencapai 30 – 40 menit untuk mencapai tekanan dansuhu yang diinginkan yaitu 1,75psi dan 121 oC, demikian pula setelah selesaiproses autoclave turunnya suhu dan tekanan juga membutuhkan waktu yang lama (30-40), berarti kalau di total lamanya media ter-autoclave mulai dari naiknyasuhu, sampai selesai waktu sterilisasi pada suhu dan tekanan yang diharuskan(20 – 30 menit) dan turun kembali membutuhkan waktu 30 + 30 + 30 = 90 menit,hal ini terlalu lama dan seringkali membuat media kultur menjadi rusakkepanasan.
3.1.2. Botol Kultur jaringan Tanaman Steril
Dalam kultur jaringan skala rumah tangga, maka kesterilan botol kulturadalah wajib. Botol kultur perlu diautoclave demikian pula denganmedia kultur setelah itu botol kultur di tutup yang rapat. Setelah media kultur di pakai untukmenanam kultur maka tutup botol perlu ditutup yang ”sangat rapat”. Saya katakan demikian dengan maksud bahwatidak boleh sedikitpun udara di luar botol masuk ke dalam botol kultursteril. Bila udara luar bisa masuk kedalam botol maka akan menyebabkan kontaminasi karena udara di luar botol tidaksteril. Demikian pula sebaliknya botolkultur mau di taruh di manapun, mau di taruh di luar atau di bawa kemanapunasal tidak bocor dan udara tidak masuk maka kultur akan tetap steril.
Masalahnya botol kultur yang digunakan di banyak laboratorium kulturjaringan adalah botol bekas yang di pakai ulang sebagai botol kultur, misalnya:botol selai, botol saos, dan botol obat dll. Dengan demikian tidak ada tutupbotolnya atau ada juga yang membuatkan tutup botol untuk botol bekas tersebut,tapi seringkali tutup tersebut tidak mampu menutup botol kultur dengan benar-benarkuat, sehingga bocor. Hal ini terlihat pada saat AC dalam laboratorium kulturjaringan mati maka terjadi perbedaan tekanan udara di dalam botol kultur dengandi luar botol kultur yahg berakibat masuknya udara yang membawa mikroba.danakan menyebabkan kontaminasi
Kenapa kita menggunakan botol kultur dengan botol bekas karena harganyasangat berbeda jauh. Botol bekas yang digunakan dalam kultur jaringan harganyahanya Rp. 1.500 / botol, sedangkan botol kultur jaringan yang memang khususuntuk kultur jaringan dan harus impor dari luar harganya sekitar Rp. 25.000 / botol.
Permasalahan pada skala rumah tangga adalah pada saat botol kultur sudah ditutupdengan sangat rapat dan kemudian mau di subkultur maka yang perlu diingatadalah bahwa di luar botol kondisinya tidak steril, sehingga tutup botol yangtidak steril, seringkali menyebabkan kontaminasi karena proses pengamanan botolkultur hanya dengan disemprot alkohol tidak cukup, karena kemungkinan adabagaian-bagain atau sela-sela tutup botol plastik yang mengandung mikroba yangtidak kena alkohol, dan mikroba tersebut masuk ke dalam botol kultur pada saatdibuka dan menyebabkan kontaminasi
Botol kultur steril harus di sterilkan dulu bagian luarnya termasuktutupnya agar tidak ada mikroba yang jatuh dan masuk ke dalam media kultur. Salahsatu alternatif, amannya (agar benar benar steril semua bagian luarnya) adalahdengan merendam botol kultur yang mau di subkultur ke dalam larutan alkohol 70%.
Bila kita menggunakan enkas maka botol kultur tanaman dan botol kultursteril yang akan digunakan dalam subkultur dan semua peralatan tanaman sudahdimasukkan ke dalam enkas dan kemudian disemprot dengan alkohol 70 %, malamsebelumnya/ sehari sebelumnya.
3.1.3. Laminar Air Flow Cabinet atau Enkas Kaca
Bagian dalam laminar danbagian dalam enkas adalah ruang atau bagian yang harus steril, karena diruang atau bagian tersebutlah akan dilakukan penanaman atau subkultur. Pada Enkas sebenarnya akan lebih aman karenalebih tertutup dari bagian luar, maka pada tahap awal sterilisasi enkas herusbenar-benar steril. Demikian pula dengan semua alat dan bahan yang akandigunakan dalam pekerjaan di enkas tersebut harus steril.
Sedangkan pada laminar maka arus angindari dalam laminar harusnya steril, tapi kebanyakan laminar lokal yang dibuatdi Indonesia hanya menggunakan filter seadanya , sebaiknya menggunakan filterHEPA yang memang dibuat dengan standar yang baik. Arus udara yang lemah dari laminar seringkalikalah dengan arus angin yang dari luar yang sering kali membawa kontaminan,walaupun di dalam laboratorium. Oleh sebab itu, kesterilan ruang tanam atauruang kerja dengan laminar sebaiknya steril untuk menjaga dari kontaminasi. Arus angin yang lebih kuat tersebut bisaberasal dari angin yang muncul dari pembicaraan, angin akibat tekanan udaradari batuk, gerakan tubuh yang menimbulkan angin, arus angin AC dll.
Pada kondisi skala rumah tangga,bila ruang sudah dibuat tertutup rapat, maka tahap selanjutnya tinggal membuatsteril ruangan, bisa dengan cara konvensional yaitu di lap atau di pel denganmenggunakan bahan desinfektan dan juga yang di rak bisa disemprot denganmenggunakan alcohol 70%. Atau kalau adadana maka ada baiknya juga agar lebih praktis adalah dengan memasang lampu UVdi ruang tanam, dan menggunakan pembersih/ pensteril udara, dan kalau bisamenggunakan AC plasma cluster (AC pembunuh kuman), berdasarkan pengalaman danlaporan dari beberapa peserta pelatihan kultur jaringan hal ini hasilnya cukupsignifikan. Setelah penanaman maka tahapselanjutnya adalah menguatkan karet tutup botol sekuat-kuatnya agar kitabenar-benar yakin tutup botol tidak akan bocor lagi yang dapat menyebabkanudara masuk ke dalam botol dan menyebabkan kontaminasi.
3.2. jadimana yang harus dipilih:
Skala rumah tangga atau StandarInternasional ?
Banyak orang tidak dapat membedakan dan tidak dapat memilih mana alternatifyang terbaik antar kedua kondisi tersebut. Apakah dia akan membangun Lab.Kultur jaringan skala rumah tangga atau lab. Kuljar (kultur jaringan) standar internasional.
Laboratorium Kultur jaringan Standar Internasional
Sebenarnya sederhana saja. Hal initergantung tujuan dan jumlah modal yang dimiliki bila kita memiliki modal yangbesar dan akan memproduksi bibit dalam jumlah yang besar dan ingin agar tingkatkontaminasinya sedikit mungkin maka pilihannya adalah membuat laboratoriumkultur jaringan yang berstandar internasional. Tapi jangan lupa di dalam merencanakan usaha kultur jaringan standarinternasional harus direncanakan dan difikirkan juga dengan biayaoperasionalnya pada tahap awal mulai berjalannya laboratorium kultur jaringansampai satu – dua tahun ke depan. Misalnyabiaya yang diperlukan untuk memproduksi bibit kultur jaringan dengan kapasitas1 juta bibit, maka pengadaan bahan dan alatnya dapat mencapai sekita 1-2Milyar, belum termasuk fasilitas untuk aklimitasi dan pembesaran (nursery) makaakan memakan biaya juga sekitar 1 Milyar. Dan juga yang harus diingat adalahbiaya operasional awal selama satu sampai dua tahun harus di alokasikan dan inimencakup biaya operasional laboratorium, seperti listrik, air, gas, bahan habispakai serta honor untuk tenaga kerja/ pegawai diperkirakan akan mencapai 1, 5 Mjadi total biaya dapat mencapai 3 – 4,5 Milyar.
Kapasitas tersebut akan mampu memproduksi satu juta bibit setiap 3bulannya, jadi dalam satu tahun akan dapat memproduksi 12 juta bibit, demikianseterusnya. Keuntungan akan mulai didapat saat memproduksi ulang bibit kultur jaringan pada tahun-tahunberikutnya. Ditahap awal saja bilaproduksi bibit mencapai 12 juta dan bila harga bibit kita masukkan dengan hargayang rendah yaitu Rp. 1.000,-maka nilai nominal penjualan bibit kulturjaringan menjadi: Rp. 1.000,- x 12.000.000 = Rp.12.000.000.000,- (12 Milyar). Dengan demikian bila di tahun pertama sajakita hanya memproduksi sepertiganya saja, berarti Rp. 4.000.000.000,- (4Milyar) maka kita sudah balik modal.
Permasalahan yang timbul adalah akan dikemanakan semua bibit tersebut akandipasarkan? Walaupun secara teoritis maka kebutuhan bibit adalah sangat besar,tapi bagi pemain pemula yang tidak bermain di agribisnis pohon atau tanamanmaka tidak akan terbayang akan dipasarkan kemana bibit hasil produksi tersebut.
Kebutuhan tumbuhan atau pohon bila dilihat dari lahan yang harus direhabilitasi saja misalnya 30 juta hektar, dan bila per hektar ditanami 400pohon maka jumlah bibit yang diperlukan adalah 12 milyar pohon itu baru lahanmilik pemerintah belum lagi lahan milik masyarakat yang perlu ditanami.
Laboratorium Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga
Lalu bagaimana dengan orang yang ingin melakukan kultur jaringan tapi tidakpunya modal yang memadai untuk investasinya. Untuk itulah maka ia dapat memilih alternatif pengembangan laboratoriumkultur jaringan skala rumah tangga. Pengembangan Laboratorium skala rumahtangga tidak harus investasi dalam jumlah besar tapi bisa dengan dana yangseminim mungkin. Untuk kapasitas 1.000 kultur Esha Flora membuat paket alatdan bahan seharga 8 juta rupiah. Dengan nilai tersebut maka ia dapatmemproduksi bibit 1.000 x 4 kali = 4.000 bibit dalam setahun.
Untuk laboratorium kultur jaringan skala rumahtangga maka sebaiknya pilihan bibit yang mempunyai nilai komersial yang tinggi sehingga jumlah tidak perlu banyak.Pemilihan jenis tanaman bisa memilkih misalnya : jenis tanaman hias yangeksotik seperti tanaman hias variegata, tanaman hias Encelopartos horidus,jenis tanaman buah eksotik dll. Bilabibit hasil kultur jaringan bisa kita hargakan Rp. 10.000,- maka nilai nominalyang di dapatkan adalah : Rp. 10.000 x 4.000 = Rp. 40.000.000/ tahun. (40juta/tahun)
Permasalahannya adalah kekonsistenan dan keuletanuntuk menepati dan mengikuti rencana dan target yang sudah di buat adalah tidakmudah, apalagi berkaitandengan barunya teknologi kultur jaringan dan masih belum terbiasanya untukberagribisnis, tidak mempunyai jiwa interpreuner.
Daftar Pustaka
- loyalgardeners.wordpress.com
- tcbanana.blogspot.com
- www.plantmarketinginternational.com
- www.picstopin.com
- www.ncare.gov.jo
- www.fmhs.auckland.ac.nz
- www.juit.ac.in
- www.tissuecultureaustralia.com.au
- www.planthaven.com
- www.minitubers.co.za
- www.genomics.cn
- www.galiltec.com
- www.gardendesignacademy.com
- mylacarlotaexperience.blogspot.com
- www.teriin.org
- www.bio-equip.cn
- www.bnl.gov
- www.doitung.org
- www.matsuinursery.net
- in102300733.trustpass.alibaba.com
- www.sanherb.com
- www.olijrozen.nl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.