Edhi Sandra
1. Kepala Unit
Kultur Jaringan Bagian KonservasiTumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor
2. Kepala Laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLHLPPM IPB Bogor
3. OwnerEsha Flora Plant and Tissue Culture
Pendahuluan
Kultur jaringan skala rumah tangga adalah kultur jaringan tanaman yang di laksanakan dengan kondisi danketerbatasan yang terdapat dalam skala rumah tangga.
Tujuan dari kultur jaringan tanaman skalarumah tangga adalah tetap dapat dilaksanakannya teknologi kultur jaringandengan kondisi berbagai keterbatasan yang ada dan dapat dilaksanakan walaudalam kondisi skala rumah tangga.
Dalam hal ini terjadi prosesmodifikasi dan kreativitas yang dilakukan untuk tetap dapat melakukan kulturjaringan, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip kultur jaringan. Setiaptahapan disarikan prinsip dasarnya dan diubah kondisinya dari kondisilaboratorium yang serba mewah dengan alat-alat serba impor ke skala rumahtangga.
Sayangnya banyak orang yangmempersepsikannya salah, mereka berfikir bahwa kultur jaringan dapat dilakukandalam skala rumah tangga apa adanya, mereka melakukannya tanpa melakukanmodifikasi prinsip dasar dari kultur jaringan (yang mungkin sebagian tidak tahumengenai hal itu), sehingga proses kultur jaringan benar-benar dilakukanseadanya. Oleh sebab itulah dapat diprediksi hasilnya hampir 100% gagal
Tingkat kegagalan yang tinggiselain disebabkan kurang difahaminya prinsip dasar kultur jaringan jugadisebabkan kultur jaringan memiliki titik kritis, yaitu tahapan kultur jaringanyang paling banyak dan paling tinggi mengalami kegagalan. Titik kritis tersebut adalah inisiasi,yaitu memasukkan bahan eksplan yang dari lapang dalam kondisi tidak sterildimasukkan kedalam botol kultur jaringan tanaman dalam kondisi steril. Dalammelakukan tahapan ini seperti berjudi, untung-untungan, tapi seringkali gagal.
Sangat sulitnya inisiasi membuatbanyak mahasiswa yang penelitian kultur jaringan menangis karena gagal, dansebagian yang lain takut dan tidak mau melakukan inisiasi. Bila kita menanganiinisiasi dengan metode seperti biasa maka keberhasilannya pada umumnya sekitar0 % – 10 %. Kecuali untuk bahan tanaman yang berasal darinursery atau hasil kultur jaringan juga, maka tidak akan seperti itu, tapitetap saja sulit.
Selain masalah kontaminasi dalamproses inisiasi juga disebabkan kontaminasi pada saat perbanyakan / subkultur.Bahkan seringkali terjadi, pada saat diinisiasi sudah berhasil steril akantetapi pada saat disubkultur kontaminasi kembali, padahal dari segi pengerjaansudah benar dan baik. Apalagi kalaukondisi laboratoriumnya seadanya / skala rumah tangga.
Dalam pengalaman kami, EshaFlora Plant and Tissue Culture melaksanakan kultur jaringan skalarumah tangga sejak tahun 1996, semakin lama kami semakin memahami bagaimanamengantisipasi kondisi skala rumah tangga dalam melaksanakan setiap tahapankultur jaringan.
Pengalaman-pengalaman praktistersebutlah yang kami ajarkan pada peserta pelatihan dan masyarakat luasmelalui tulisan-tulisan saya seperti ini. Tapi sayangnya, mungkin karenakelemahan saya dalam menuliskan pengalaman tersebut, banyak orang masihmeremehkan dan menyepelekan dan menganggap mudah, walaupun sebenarnya kalausudah memahaminya menjadi mudah jadinya, tapi salah kaprah dalam berfikirberakibat fatal dalam pelaksanaan kultur jaringan yang berdampak padakegagalan.
Dalam tulisan ini saya berusahauntuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan sertamodifikasi dan kreasi yang kami lakukan dalam pelaksanaan kultur jaringan skalarumah-tangga.
Tujuan
- Kultur jaringan dapat dilakukan oleh banyak orang di Indonesia
- Kultur jaringan dapat dilaksanakan dalam kondisi skala rumah tangga
- Berbagai tujuan pelaksanaan metode dalam kultur jaringan dapat dilakukan dalam kondisi skala rumah tangga